Rabu, 15 Desember 2010

Askep Klien dengan Sleep and Activity

PENDAHULUAN
Gerontik  gerontology  geros - logos
Gerontologi : Ilmu yang mempelajari tentang faktor-faktor yg mengenai lanjut usia (lansia)
Menurut Miller, gerontologi merupakan cabang ilmu yg mempelajari proses menua dan masalah yg mungkin terjadi pada lansia.
Gerontologi keperawatan : Ilmu yang mempelajari keperawatan pada lansia

Senescence
1. Istilah biologi yg berarti mjd tua krn aspek fisiologis atau faal. Kata aslinya adalah senescere yg berarti tmbh mjd tua. Kata lain senex berarti seorang tua dlm komunitas. Ada pula kata-kata yg dikaitkan dg umur tua seperti : senator, senil, senior dan senectituda semuanya berasal dari kata latin
2. Senescence jg diartikan sbg suatu masa yg ditandai oleh kematian sel lbh bnyk dari pmbntkn sel baru hmpr sama dg proses degenerasi

Penamaan
Manula atau Glamur sering dihubungkan dg ortu yg bungkuk, pakai tongkat,m’gunakan syal, suaranya lemah/gemetar bahkan duduk di kursi roda. Keadaan ini m’beri kesan kasihan & m’bebani anak, cucu & klg oleh sebab itu perlu ada istilah yang tepat bagi warga lanjut usia tsbt yg dpt menggairahkan shg dgn nama mereka terkesan msh berharga di masyarakat

Tujuan Keperawatan Gerontik
Meningkatkan umur harapan hidup, yang dipengaruhi oleh 4 hal antara lain:
1. Majunya pelayanan kesehatan (yankes)
2. Menurunnya angka kematian bayi dan anak perbaikan gizi dan sanitasi
3. Meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi

Geriatri
1. Cabang ilmu dari gerontologi dan kedokteran yang mempelajari kesehatan pada lansia dalam berbagai aspek, 2PKR (Depkes RI, 2000)
2. Cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada penyakit lansia (Black and Jacob, 1997)

Tujuan Geriatrik

1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yg setinggi-tingginya shg terhindar dari penyakit / gangguan
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas-aktivitas fisik dan mental
3. Merangsang para petugas kesehatan utk dpt mengenal dan menegakkan diagnosa yg tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu
4. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para lansia yg menderita suatu penyakit atau gangguan masih dapat mempertahankan kebebasan yg maksimal tanpa perlu suatu pertolongan
5. Bila para lansia tidak dapat tersembuhkan dan bila mereka sudah sampai pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap memberikan bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh perhatian.
6. Melakukan pengobatan yang tepat
7. Memelihara kemandirian secara maksimal

GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA
Area minat yang terbesar bagi lansia adalah peningkatan kesehatan. Salah satu aspek utama dari peningkatan kesehatan untuk lansia adalah pemeliharaan tidur untuk memastikan pemulihan fungsi tubuh sampai tingkat fungsional yang optimal dan untuk memastikan keterjagaan di siang hari guna menyelesaikan tugas-tugas dan menikmati kwalitas hidup yang tinggi.
Kebanyakan lansia beresiko mengalami gangguan tidur yang disebabkan ooleh banyak factor ( misalnya : pensiunan dan perubahan pola social, kematian pasangan atau teman dekat, peningkatan penggunaan obat-obatan, penyakit yang baru saja dialami, perubahan irama sirkadian). Meskipun perubahan-perubahan pola tidur dianggap sebagai bagian normal dari proses penuaan, informasi terbaru menunjukkan bahwa banyak dari gangguan ini berkaitan dengan proses patolois yang menyertai penuaan.\
Sebelum membahas masalah gangguan tidur pada lansia, pembahasan tentang tidur sebagai fungsi yang normal dan sehat juga dipgerlukan untuk mengetahui berapa banyak perubahan tidur yang terjadi pada lansia.

TIDUR
Aktivitas Peningkatan Kesehatan
Tidur oleh Johnson dianggap sebagai “ salah satu kebutuhan fisiologis manusia “.Tidur terjadi secara alami, dengan fungsi fisiologis dan psikologis yang melekat merupakan suatu proses perbaikan tubuh. Secara fisiologis, jika seseoprang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh, dapat terjadi efek-efek seperti pelupa, konfusi dan diorientasi, terutama jika deprivasi tidur terjadi untuk waktu yang lama. Efek merugikan dari deprivasi tidur pada klien yang sudah mengalami konfusi, terutama penyakit Alzheimer, meliputi peningkatan agitasi, perilaku mengeluyur, gelisah, dan sindrom matahari terbenam.
Secara psikologis, tidur memungkinkan seseorang untuk mengalami perasaan sejahtera serta energy psikis dan kewaspadaan untuk menyelesaikan tugas-tugas. Kinerja, kewaspadaan, angka akivitas, dan kesehatannya dipengaruhi oleh pola tidur dan bangun yang terganggu.
Synder mengemukakan bahwa lamanya periode tidur dapat mempengaruhi tingkat mortalitas. Data dari studi selama 6 tahun mendukung hipotesa bahwa orang tidur luar biasa lama atau singkat atau yang menggunakan pil tidur mengalami angka mortalitas lebih inggi dari yang lainnya. Angka mortalitas terendah dari studi ini ditemukan pada orang – orang yang tidur 7 – 8 jam pada malam hari.

Manifestasi Klinis
GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA
Seperti sudah disebutkan sebelumnya, sebagian besar lansia beresiko tinggi mengalami gangguan tidur akibat berbagai factor. Proses patologis terkait sia dapat menyebabkan perubahan pola tidur, Gangguan tidur menyerang 50% orang yang berusia 65 tahun atau lebih yang tinggal di rumah dan 66% orang yang tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang. Gangguan tidur mempengaruhi kualitas hidup dan behubungan dengan angka mortalitas yang lebih tinggi.
Selama penuaan, pola tidur mengalami perubahan-perubahan yang khas yang membedakan nya dari orang yang lebih muda. Perubahan-perubahan tersebut mencakup kelatenan hidup, terbangun pada dini hari, dan penigkatan jumlah tidur siang. Jumlah waktu yang dihabiskan untuk tidur yang lebih dalam juga menurun. Terdapat suatu hubungan antara peningkatan terbangun selama tidur dengan jumlah total waktu yang dihabiskan untuk terjaga di malam hari. Hal tersebut tampak sebagai pengaturan tidur sirkadian yang efektif.
Di antara lansia yang sehat, beberapa di antaranya mengalami gejala-gejala yang terkait dalam prubahan tidur dan distribusi tidur serta perilaku terjaga. Namun, banyak juga lansia yang mengalami berbagai masalah medis dan psikososial yang mengalami gangguan tidur. Kondisi-kondisi tersebut antara lain :
• Penyakit psikiatrik, terutama depresi.
• Penyakit Alzheimer dan penyakit penyakit degenerative neuro lainnya.
• Penyakit kardiovaskuler dan perawatan pasca operasi bedah jantung.
• Inkompetensi jalan napas atas
• Penyakit paru
• Syndrom nyeri
• Penyakit prostatic
• Endokrinopati.

INSOMNIA
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada keinginan untuk melakukannya. Lansia rentan terhadap insomnia karena adanya perubahan pola tidur,biasanya menyerang tahap 4 ( tidur malam ). Keluhan insomnia mencakup “ ketidakmampuan untuk tidur, sering terbangun, ketidakmampuan untuk kembali tidur pada dini hari “. Karena insomnia merupakan gejala, maka perhatian harus diberikan pada factor – factor biologis, emosional, dan medis yang berperan, juga pada kebiasaan tidur yang buruk. Insomnia terdiri dari 3 jenis
• Jangka pendek : berakhir beberapa minggu dan muncul akibat pengalaman stress yang bersifat sementara seperti kehilangan orang yang dicintai, tekanan ditempat kerja atau takut kehilangan pekerjaan. Biasanya kondisi ini dapat hilang tanpa intervensi medis setelah orang tersebut beradaptasi terhadap stressor.
• Sementara : episode malam gelisah yang tidak sering terjadi yang disebabkan oleh perubahan-perubahan lingkungan seperti jet lag, konstruksi bangunan yang bising, atau pengalaman yang menimbulkan ansietas.
• Kronis : berlangsung selama 3 minggu atau seumur hidup. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kebiasaan tidur yang buruk,masalah psikologis, penggunaan obat tidur berlebihan,penggunan alcohol berlebihan,gangguan jadwal tidur-bangun dan masalah ksehatan lainnya. Empet puluh persen insomnia kronis disebabkan oleh masalah fisik seperti apnea tidur, sindrom kaki gelisah atau nyeri kronis karena artritis. Insomnia kronis biasanya memerlukan intervensi psikiatrik atau medis.
HIPERSOMNIA
Hipersomnia dicirikan dengan tidur lebih dari 8 atau 9 jam per periode 24 jam, dengan keluhan tidur berlebihan. Penyebab hypersomnia masih bersifat spekulatif tetapi dapat berhubungan dengan ketidakaktifan, gaya hidup yang membosankan, atau depresi. Orang tersebut dapat menunjukkan mengantuk di siang hari yang persisten, mengalami “serangan tidur” , tampak mabuk atau komatose, atau mengalami mengantuk pascaensefalitik. Keluhan keletihan, kelemahan, dan kesulitan mengingat atau belajar merupakan hal yang sering terjadi.
Apnea Tidur
Apnea tidur adalah berhentinya pernapasan selama tidur. Gangguan ini diidentifikasikan dengan gejala “ mendengkur, berhentinya pernapasan selama 10 detik, dan rasa kantuk di siang hari yang luar biasa”. Selama tidur, pernapasan dapat berhenti paling banyak 300 kali, dan episode apnea dapat berakhir dari 10 sampai 90 detik. Pria dewasa dengan riwayat mendengkur yang keras dan intermiten, yang juga obesitas dengan leher yang pendek dan besar biasanya berisiko mengalami apnea tidur. Gejala apnea tidur anatara lain adalah :
 Dengkuran yang keras dan periodic
 Aktivitas malam hari yang tidak biasa, seperti duduk tegak, berjalan dengan tidur, terjatuh dari tempat tidur.
 Gangguan tidur dengan seringnya terbangun di malam hari (nocturnal warking).
 Perubahan memori
 Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari
 Nokturia
 Sakit kepala di pagi hari
 Ortopnea akibat apnea tidur.
Pengobatan yang spesifik untuk apnea tidur melibatkan penurunan berat badan, dengan penatalaksanaan medis atau pembedahan untuk membuang penumpukan jaringan di area faring. Pasien dapat dianjurkan untuk menghindari alkohol dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi respons terbangun dan untuk menggunakan bantal tambahan atau tidur di kursi.
Semua tindakan tersebut dapat membantu mengurangi kemungkinan komplikasi yang disebabkan oleh apnea tidur.

Penatalaksanaan Gangguan Tidur Pada Lansia
1. Pencegahan Primer
Sebelas peraturan untuk mendaaptkan hygiene tidur yang baik telah berhasil diindentifikasi untuk pencegahan primer gangguan tidur.
1) Tidur seperlunya,tetapi tidak berlebihan, agar merasa segar dan sehat di hari berikutnya. Pembatasan waktu tidur dapat memperkuat tidur, berlebihannya waktu yang dihabiskan di tempat tidur tampaknya berkaitan dengan tidur yang dangkal atau terputus-putus.
2) Waktu bangun yang teratur di pagi hari memperkuat siklus sirkadian dan menyebakan awitan tidur yang teratur.
3) Jumlah latihan stabil setiap harinya dapat memperdalam tidur. Namun, latihan yang hanya dilakukan kadang-kadang tidak dapat memperbaiki tidur pada malam berikutnya
4) Bunyi bising yang bersifat kadang-kadang ( missal : bunyi pesawat terbang yang melintas ) dapat mengganggu tidur sekalipun orang tersebut tidak terbangun oleh bunyinya dan tidak dapat mengingatnya di pagi hari. Kamar tidur kedap suara dapat membantu bagi orang-orang yang harus tidur di dekat kebisingan
5) Meskipun ruangan yang terlalu hangat dapat mengganggu tidur, namun tidak ada bukti yang menujukkan kamar yang terlalu dingin dapat membantu tidur.
6) Rasa lapar menngganggu tidur, kudapan ringan dapat membantu tidur
7) Pil tidur yang hanya kadang-kadang saja digunakan dapat bersifat menguntungkan, namun penggunaannya yang kronis efektif pada kebanyakan penderita insomnia.
8) Kafein di malam hari dapat mengganggu tidur, meskipun pada orang-orang yang tidak berfikir demikian
9) Alcohol membantu orang-orang yang tegang untuk tertidur lebih mudah,tetapi tidur tersebut akan teputus-putus
10) Orang-orang merasa marah dan frustasi karena tidak dapat tidur tidak oleh berusaha terlalu keras untuk tertidur tetapi harus menyalakan lampu dan melakukan hal lain yang berberda
11) Penggunaan tembakau secara kronis dapat mengganggu tidur

Tindakan pencegahan primer lainnya antara lain adalah
• Kasur yang baik memungkinkan kesejajaran tubuh yang tepat
• Suhu kamar harus cukup dingin ( kurang dari 24oC sehingga cukup nayaman.
• Asupan kalori harus minimal pada saat menjelang tidur.
• Latihan sedang di siang hari atau sore hari merupakan hal ang dianjurkan

2. Pencegahan sekunder
Pengkajian oleh perawat harus mencakup factor-faktor berikut ini :
• Seberapa baik lansia tersebut tidur di rumah?
• Berapa kali lansia tersebut terbangun di malam hari?
• Kapan lansia tersebut pergi ke tempat tidur dan terbangun?
• Ritual apa saja yang terjadi menjelang tidur ( mis: kudapan menjelang tidur, menonton televisi, mendengarkan musik, membaca.)?
• Berapa jumlah dan jenis latihan yang dilakukan setiap hari?
• Apakah posisi yang paling disukai ketika di tempat tidur?
• Apa jenis lingkungan kamar yang paling disukai ( tenang, musik lembut, lampu remang-remang, gelap total, kamar tertutup)?
• Berapa suhu yang disukai?
• Berapa banyak ventilasi yang diinginkan?
• Aktivitas apa yang biasanya dilakukan beberapa jam sebelum tidur?
• Apa saja obat tidur atau obat lain yang diingesti sebelum tidur secara rutin?
• Berapa banyak waktu yang dihabiskan orang tersebut dalam hobinya?
• Persepsi orang tersebut tentang kepuasan hidup dan status kesehatannya.
Seperti biasa, memvalidasi riwayat pengkajian dengan anggota keluarga atau pemberi perawatan merupakan hal yang penting untuk memastikan keakuratan data pengkajian pasien dianggap tidak kompeten untuk memberi laporan sendiri.
Catatan harian tentang tidur merupakan cara pengkajian yang sangat bagus pada lansia di rumahnya sendiri. Informasi ini memberikan catatan yang akurat tentang masalah tidur. Untuk mendapatkan gambaran sejati tentang gangguan tidur yang dialami lansia di rumah atau di fasilitas kesehatan, catatan harian tersebut harus dibuat selama 3 sampai 4 minggu. Catatan tersebut harus mencakup faktor-faktor berikut ini.
 Seberapa sering bantuan diperlukan untuk memberikan obat nyeri, tidak dapat tidur, atau menggunakan kamar mandi.
 Kapan orang tersebut turun dari tempat tidur
 Berapa kali orang tersebut terbangun atau tertidur pada saat diobservasi oleh perawat atau pemberi perawatan.
 Terjadinya konfusi atau diorientasi
 Penggunaan obat tidur
 Perkiraan orang tersebut terbangun.
3. Pencegahan Tersier
Jika terdapat gangguan tidur seperti apnea tidur yang mengancam kehidupan, kondisi pasien memerlukan rehabilitasi melalui tindakan-tindakan seperti pengangkatan jaringan yang menyumbat di mulut dan mempengaruhi jalan napas. Saat ini sudah banyak pusat-pusat gangguan tidur yang tersedia di seluruh negara untuk membantu mengevaluasi gangguan tidur. Tempat-tempat tersebut, yang biasanya berkaitan dengan lembaga penelitian dan kedokteran klinis atau universitas, dilengkapi dengan peralatan medis yang canggih untuk mendeteksi rekaman listrik di otak dan obstruksi pernapasan. Data-data tersebut mebantu menentukan pengobatan yang terbaik untuk mengatasi kesulitan dan merehabilitasi lansia sehingga ia dapat menikmati tidur yang berkualitas baik sampai akhir hidupnya.

Mengatasi Gangguan Tidur
Kesulitan untuk tidur dan tetap tertidur adalah masalah yang sering terjadi pada lansia, baik lansia yang tinggal di rumah atau di panti jompo. Jika pasien anda memiliki masalah tidur, anjurkan ia untuk :
• Mempertahankan jadwal harian yang sama untuk berjalan-jalan, istirahat dan tidur.
• Bangun di waktu biasanya ia bangun bahkan jika tidurnya terganggu atau waktu tidurnya
berubah sementara.
• Melakukan ritual waktu tidur dan mengikuti dengan patuh.
• Melakukan olah raga setiap hari tetapi hindari olah raga yang terlalu berat pada malam
hari.
• Membatasi tidur siang 1 dan 2 jam perhari, pada waktu yang sama setiap harinya.
• Mandi air hangat di waktu akhir sore atau menjelang malam.
• Makan kudapan ringan karbohidrat dan lemak sebelum tidur.
• Menghindari minuman dan produk yang mengandung kafein, khususnya menjelang
waktu tidur.
• Mempraktikkan metode relaksasi seperti nafas dalam, masase, mendengarkan musik atau
membaca bacaan yang merilekskan.
• Menghindari minuman beralkohol atau batasi asupan alkohol pasien hingga sesedikit
mungkin setiap harinya.
• Menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.
• Jika ia terbangun tengah malam selama lebih dari 30 menit, bangkit dari tempat tidur dan
lakukan aktivitas yang tidak menstimulasi seperti membaca.

Pengkajian Pola Tidur

Pengkajian rinci pada pasien yang mengalami masalah tidur meliputi pengamatan langsung, mengajukan pertanyaan pada pasien dan anggota keluarganya mengenal pola tidurnya dan kemungkinan meminta pasien menyimpan catatan tidur selama 3 sampai 4 minggu.
Laboratorium gangguan tidur dapat memberikan analisi eksplisit mengenai pola gangguan.
Anda dapat mempelajari pengamatan seksama dan pertanyaan langsung berikut ini:
• Seberapa baik orang tersebut tidur di rumah.
• Waktu tidur dan waktu terbangun.
• Ritual waktu tidur dan lingkungan yang diinginkan pada waktu tidur malam (jumlah cahaya dan ventilasi, suhu ruangan, pintu terbuka atau tertutup musik, jenis baju tidur).
• Frekuensi dan durasi waktu terbangun.
• Aktivitas yang biasanya dilakukan pada jam-jam awal menjelang malam.
• Makanan atau cairan yang dikonsumsi tepat sebelum waktu tidur.
• Aktivitas dan waktu luang dan hobi.
• Obat yang diminum, termasuk obat yang membantu tidur
• Kecenderungan tidur sendiri atau dengan pasangan.
• Persepsi mengenai status kesehatan dan kepuasan terhadap hidup.
• Berapa kali pergi ke kamar mandi pada waktu malam hari.

Jika pasien akan membuat catatan tidur, minta pasien mencatat hal-hal berikut ini:
• Jam pasien terbangun.
• Waktu dan jumlah obat tidur yang diminum (termasuk dosis ulangan).
• Episode disorientasi atau konfusi.
• Frekuensi kebutuhan akan obat pereda nyeri atau bantuan untuk pergi ke toilet.
• Waktu tidak tidur.

Pertimbangan Khusus
Setelah mengetahui pola tidur pasien, anda dapat menyusun rencana asuhan tersendiri yang menyeimbangkan kebutuhan pasien dengan kebutuhan fasilitas tempat anda bekerja.
• Jaga agar staf tidak membuat keributan (berbicara di luar kamar pasien) ke tingkat
minimum dan atur pencahayaan dengan tepat.
• Terlambat bangun dapat mengacaukan jadwal di pagi hari tetapi dengan memberi
kesempatan duduk di antara waktu makan dapat memecahkan masalah.
• Tindakan keperawatan seperti posisi nyaman untuk pasien yang memerlukan bantuan
mobilitas atau aktivitas harian, menggosok atau masase punggung dan musik lembut
dapat membantu memicu tidur.
• Jika diindikasikan berikan analgesik untuk pasien yang sedang mengalami nyeri.
• Ajarkan teknik nafas dalam latihan relaksasi progresif dan imajinasi terbimbing untuk
meningkatkan relaksasi dan tidur pada pasien.
• Jadwalkan semua terapi dan prosedur selama waktu terbangun, serta hilangkan
pangkajian tanda-tanda vital di malam hari secepat kondisi pasien memungkinkan.
• Pertimbangkan pemberian alat bantu tidur sementara jika metode lain gagal. Obat yang
biasa diresepkan yang digunakan untuk memicu tidur meliputi antihistamin,
difenhidramin, dan benzodiazepine temazepam. Melatonin juga dapat memperbaiki
kualitas tidur pada pasien lansia. Pantau pasien apakah mengalami reaksi merugikan
terhadap obat ini (seperti rebound insomnia, mimpi buruk, dan konfusi).
• Tanpa memperhatikan lingkungan, anda dapat mengajarkan pasien anda tindakan yang
dapat membantu meningkatkan tidur yang sehat.

Penatalaksanaan Terapeutik
Bootzin dan Nicassio menganjurkan aturan-aturan berikut untuk mempertahankan kenormalan pola tidur:
o Pergi tidur jika hanya mengantuk
o Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur; jangan membaca, menonton televisi, atau makan di tempat tidur.
o Jika tidak dapat tidur, bangun dan pindah ke ruangan lain. Bangun sampai anda benar-benar mengantuk, kemudian baru kembali ke tempat tidur. Jika tidur masih tidak bisa dilakukan dengan mudah, bangun lagi dari tempat tidur. Tujuannya adalah menghubungkan antara tempat tidur dan tidur cepat. Ulangi langkah ini sesering yang diperlukan sepanjang malam.
o Siapkan alarm dan bangun di waktu yang sama setiap pagi tanpa memperdulikan berapa banyak anda tidur di malam hari. Hal ini membantu tubuh menetapkan irama tidur bangun yang konstan.
o Jangan tidur di siang hari.

Intervensi Keperawatan
Berikut ini adalah intervensi keperawatan yang dianjurkan:
 Pertahankan kondisi yang kondusif untuk tidur, yang mencakup perhatian pada faktor-faktor lingkungan dan kegiatan ritual menjelang tidur.
 Bantu orang tersebut untuk rileks pada saat menjelang tidur dengan memberi usapan punggung, masase kaki, atau kudapan tidur bila diinginkan. Latihan pasif dan gerakan mengusap memberikan efek yang menidurkan.
 Memberikan posisi yang tepat, menghilangkan nyeri, dan memberi kehangatan dengan selimut-selimutkonvensional atau selimut listrik juga dapat membantu.
 Jangan membiarkan pasien meminum kafein (kopi, teh, cokelat) di sore hari dan di malam hari.
 Lakukan tindakan-tindakan yang masuk akal seperti memutar musik lembut di radio dan menawarkan susu hangat dan minuman hangat lainnya atau kudapan yang lebih berat untuk meningkatkan tidur pada lansia tanpa menggunakan hipnotik. Pada waktu malam, secangkir anggur, sherry, brandi atau bir dapat memberikan kehangatan internal dan relaksasi pada lansia yang perlu tidur. Namun, efek satu minuman hanya berlangsung selama dua per tiga siklus tidur. Sedasi juga bersifat sama, yang menyebabkan tidur terputus-putus.
 Tidur siang merupakan hal yang tepat; namun, jumlah tidur siang tidak boleh lebih dari 2 jam.
 Latihan setiap hari juga dianjurkan. Hal ini merupakan cara yang terbaik untuk meningkatkan tidur. Latihan harus dilakukan di pagi hari daripada menjelang tidur karena pada jam-jam tersebut latihan hanya akan menimbulkan efek menyegarkan daripada menidurkan.
 Mandi air hangat terkadang dapat merilekskan lansia tetapi beberapa diantaranya tidak menyukai intervensi ini, mengeluh pusing pada saat mereka bangun.
Jika tindakan-tindakan ini gagal memperbaiki kualitas tidur, obat-obatan bermanfaat untuk sementara waktu, tetapi hanya boleh menjadi upaya terakhir.
Perawat yang terampil harus memiliki kewaspadaan yang tinggi berkaitan dengan penggunaan obat-obatan tersebut dan harus mengkaji lansia dengan sering untuk memastikan bahwa rasa kantuk yang berlebihan di siang hari, konfusi, dan disorientasi tidak terjadi. Jika terdapat bukti-bukti adanya kondisi ini, obat-obat tersebut harus dihentikan secara bertahap dan dilakukan tindakan nonfarmakologis.

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN AKTIVITAS PADA LANSIA
Pengkajian
1. Pemeriksaan Fisik :
a. Muskuloskeletal = penururan tonus, kekuatan, ukuran dan ketahanan otot; rentang gerak sendi dan kekuatan skeletal.
b. Kardiovaskuler = dengan pembentukkan trombosis, tanda-tanda tromboflebitis meliputi eritema, edema, nyeri tekan dan tanda humans positif.
c. Respirasi = gejala atelektasis dan pneumonia, tanda-tanda awal meliputi peningkatan temperatur dan denyut jantung.
d. Integumen = cedera iskemia terhadap jaringan yang pertama adalah inflamasi, perubahan awal terlihat pada permukaan kulit sebagai daerah eritema yang tidak teratur.
e. Fungsi urinaria = tanda-tanda fisik berupa berkemih sedikit dan sering, distensi abdomen bagian bawah dan batas kandung kemih yang dapat diraba.
f. Gastrointestinal = terjadi konstipasi dan feses kecil, keras dan kering.
g. Lingkungan = kamar mandi tanpa pegangan, karpet yang lepas, penerangan yang tidak adekuat, tangga yang tinggi, lantai licin dan tempat duduk toilet yang rendah dapat menurunkan mobilitas klien.
2. Mengkaji skelet tubuh : Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
3. Mengkaji tulang belakang :
• Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
• Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
• Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)
4. Mengkaji system persendian : Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi.
5. Mengkaji system otot : Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
6. Mengkaji cara berjalan : Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis. cara berjalan spastic hemiparesis – stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron,cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
7. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer : Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
8. Pengkajian status fungsional :
• Tentang mandi = Dikatakan mandiri (independen) bila dalam melakukan aktivitas klien hanya memerlukan bantuan untuk menggosok atau membersihkan sebagian tertentu dari anggota badannya, Dikatakan dependen bila klien memerlukan bantuan untuk lebih dari satu bagian badannya.
• Berpakaian = Independen bila tak mampu mengambil sendiri pakaian dalam lemari atau laci.
• Ke toilet = Independen bila lansia tak mampu ke toilet sendiri, beranjak dari kloset, merapikan pakaian sendiri. Dependen bila memang memerlukan bed pan atau pispot.
• Transferring = Independen bila mampu naik turun sendiri dari tempat tidur atau kursi roda. Dependen bila selalu memerlukan bantuan untuk kegiatan tersebut diatas atau tak mampu melakukan satu atau lebih aktivitas transferring.
• Kontinensia = Independen bila mampu buang hajat sendiri (urinari dan defekasi). Dependen bila pada salah satu atau keduanya miksi atau sefekasi memerlukan enema atau kateter.
• Makan = Independen bila mampu menyuap makanan sendiri, mengambil dari piring.
Diagnosa
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan depresi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan depresi dapat teratasi dan aktivitas dapat dilakukan.
Kriteria hasil :
1. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan depresi hilang.
Intervensi :
1. Upaya pencegahan terhadap osteoporosis, baik melalui intervensi secara medis, nutrisi, maupun secara penyesuaian gaya hidup.
2. Upaya pencegahan terhadap jatuh sesuai dengan hasil pengkajian mengenai faktor lingkungan sebagai faktor risiko serta dilakukannya pembedahan terhadap risiko faktor lingkungan.
3. Pemeliharan kekuatan dan ketahanan sistem muskuloskeletal, yang termasuk pengondisian program latihan harian baik kontraksi otot isometrik dan isotonik, aktivitas penguatan dan aerobik, nutrisi untuk meningkatkan anabolisme protein dan pembentukan tulang dan sikap komitmen terhadap latihan.
4. Pemeliharaan fleksibilitas sendi yang terlibat dalam latihan rentang gerak, posisi yang tepat dan aktivitas kehidupan sehari-hari.
5. Pemeliharaan ventilasi yang normal meliputi hiperinflasi dan mobilisasi serta menghilangkan sekresi.
6. Pemeliharaan sirkulasi yang adekuat meliputi tindakan-tindakan pendukung untuk mempertahankan tonus vascular, stoking kompresi untuk memberikan tekanan eksternal pada tungkai dan asupan cairan yang adekuat untuk mencegah efek dehidrasi pada volume darah.
7. Pemeliharaan fungsi urinaria dan usus yang normal bergantuk pada dukungan nutrisi dan struktur lingkungan serta rutinitas-rutinitas untuk memfasilitas eliminasi.
• Kontraksi otot isometrik
Kontraksi-kontraksi ini digunakan untuk mempertahankan kekuatan otot dan mobilitas dalam keadaan berdiri (mislnya otot-otot kuadrisep, abdominal dan gluteal) dan untuk memberikan tekanan pada tulang bagi orang-orang dengan dan tanpa penyakit kardiovaskular.
• Kontraksi otot isotonik
Kontraksi otot yang berlawanan atau isotonik berguna untuk mempertahankan kekuatan oot-otot dan tulang.
• Latihan kekuatan
Latihan ini meningkatkan kekuatan dan massa otot serta mencegah kehilangan densitas tulang dan kandungan mineral total dalam tubuh.
• Latihan aerobik
Latihan aerobik adalah aktivitas yang menghasilkan peningkatan denyut jantung 60 sampai 90% dari denyut jantung maksimal seseorang dalam waktu 15 sampai 60 menit dan seharusnya dilakukan tiga kali atau lebih perminggu.
• Latihan rentang gerak
Latihan aktif membantu mempertahankan fleksibilitas sendi dan kekuatan otot serta meningkatkan penampilan kognitif, sebaliknya gerakan pasif yaitu menggerakkan sendi seseorang melalui rentang geraknya oleh orang lain, hanya membantu mempertahankan fleksibilitas.
• Mengatur posisi
Mengatur posisi juga digunakan untuk meningkatkan tekanan darah balik vena.

DAFTAR PUSTAKA
Stockslager Jaime L. 2007. Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi 2. Jakarta. EGC
Tamher S, Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Salemba Medika
Stanley Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta. EGC